SISTEM
PENDIDIKAN DI FINLANDIA
A. PENDAHULUAN
Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan
dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang
masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran
pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat
semakin memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan
teori itu sendiri. Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, seyogyanya
pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan mudah dipahami oleh semua
pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat
mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.
Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan,
kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana
termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, yakni Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan definisi di atas, dapat kita temukan
3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1)
usaha sadar dan terencana; (2) mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya; dan (3)
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.[1]
Sistem
pendidikan Indonesia yang telah di bangun dari dulu sampai sekarang ini,
teryata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global
untuk masa yang akan datang, Program pemerataan dan peningkatan kulitas
pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang
menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Sementara itu jumlah penduduk
usia pendidikan dasar yang berada di luar dari sistem pendidikan nasional ini
masih sangatlah banyak jumlahnya, dunia pendidikan kita masih berhadapan dengan
berbagai masalah internal yang mendasar dan bersifat komplek, selain itu pula
bangsa Indonesia ini masih menghadapi sejumlah problematika yang sifatnya
berantai sejak jenjang pendidikan mendasar sampai pendidikan tinggi. Kualitas
pendidikan di Indonesia masih jauh yang di harapkan, menurut hasil penelitian The
political and economic rick consultacy ( PERC ) medio September 2001,
dinyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia ini berada di urutan 12 dari 12
negara di asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam, dan berdasarkan hasil
pembangunan PBB ( UNDP ) pada tahun 2000, Kualitas SDM Indonesia menduduki
urutan ke 109 dari 174 negara.[2]
Indonesia
semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia
Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk
kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah
satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para
pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan
kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik
kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak
bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut
ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab
pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain
kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang
sentralistik membuat potret pendidikan semakin
buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan
tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat
di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para
lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan
kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan.
Berdasarkan analisa dari badan pendidikan
dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari
14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri
agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu.
Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42
negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada
diperingkat 14 dari 14 negara berkembang.[3]
Berdasarkan uraian di atas
mendorong penulis untuk memaparkan sistem pendidikan di Finlandia sebagai acuan
jika pendidikan di Indonesia akan berkualitas. Karena Negara dengan ibukota
Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini
memang begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan
hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization
for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan
nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan
siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.[4]
B. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Sistem Pendidikan
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani
yaitu systema yang berarti adalah “cara atau strategi”. Dalam bahasa
Inggris sistem berarti “system, jaringan, susunan, cara”. Sistem juga
diartikan “suatu strategi atau cara berpikir”. Sedangkan kata pendidikan itu
berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut berasal dari bahasa yunani
kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang artinya anak dan Agagos
yang artinya membimbing. Dengan demikian Pendidikan bisa di artikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana
belajar agar para pelajar di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi
dirinya yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat. Jadi, bisa di simpulkan
bahwa sistem pendidikan adalah suatu strategi atau cara yang akan di pakai
untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar
tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk
dirinya sendiri dan masyarakat.[5]
2.
Sistem
Pendidikan di Finlandia
Finlandia, sebuah negara yang terletak di
belahan utara bumi dengan wilayah seluas 338.000 km2 yang dihuni oleh 5,3 juta
penduduk, merupakan salah satu negara industri maju dan modern dunia yang
terkenal dengan tinggi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi dan komunikasi. Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan
Finlandia bertransformasi menjadi negara industri maju dan modern adalah
tingginya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya.
Tingginya kualitas dan kompetensi SDM Finlandia merupakan hasil dari perjalanan
panjang komitmen kuat pemerintah dan rakyat Finlandia dalam membangun dan
mengembangkan sistem pendidikan nasionalnya. Pemerintah dan rakyat Finlandia
menyadari bahwa komitmen kuat untuk membangun dan mengembangkan sistem
pendidikan nasional merupakan kunci penentu keberhasilan negaranya untuk tetap
eksis mempertahankan keberlangsungan hidupnya sebagai negara yang berpenduduk
kecil, sumber daya alam yang sangat terbatas dan hidup di tengah kondisi alam
yang ekstrim dan kurang bersahabat. Pembangunan negara dan bangsa Finlandia
berdiri di atas pilar pendidikan dan penelitian yang berbasis inovasi dan
disokong penuh oleh seluruh komponen bangsa.[6]
Revolusi sistem pendidikan Finlandia dimulai sejak
tahun 1968, ketika pemerintah memutuskan untuk menghapus sistem pendidikan
berjenjang (parallel school system / PSS) dan menggantikannya dengan sistem
pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun. PSS merupakan sistem pendidikan yang
mengutamakan pendidikan berjenjang bagi seluruh siswa. Sistem ini dinilai tidak
efektif karena pada kenyataannya terdapat perbedaan kemampuan murid dalam
menerima dan mencerna ilmu yang diberikan. Hal tersebut menimbulkan fenomena
pemberian peringkat dan labelisasi ”siswa berprestasi” dan ”siswa tidak
berprestasi”, serta ”sekolah favorit” dan ”sekolah tidak favorit”. Kedua
fenomena tersebut menimbulkan dampak buruk terhadap mentalitas murid, guru dan
institusi pendidikan. Dengan fenomena tersebut, setiap murid tidak menerima
kualitas pendidikan yang merata. Ada murid yang dapat mengikuti pendidikan
percepatan, dan ada murid yang kerap kali terpaksa mengulang kelas. Oleh karena
itu, pemerintah Finlandia beralih menggunakan sistem pendidikan wajib dasar
nasional 9 tahun, di mana seluruh anak pada usia 7-15 tahun menerima materi dan
kualitas pendidikan yang sama dan seragam.
Siswa tidak lagi mengejar angka dan peringkat selama
menjalani pendidikan wajib dasar 9 tahun, namun mengejar pemahaman dan
penerapan ilmu yang diberikan sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar
nasional. Sistem peringkat (ranking), baik peringkat siswa maupun peringkat
sekolah (sekolah favorit atau non-favorit), serta sistem evaluasi ujian
nasional untuk kenaikan kelas di tiap jenjang pendidikan wajib dasar nasional 9
tahun dihapus. Pendidikan dasar difokuskan pada upaya pembentukan karakter dan
kapasitas dari setiap murid. Upaya ini ditempuh pemerintah Finlandia untuk
memeratakan kemampuan seluruh murid tingkat pendidikan wajib dasar. Sudah
tentu, hal ini menuntut kerja sama lebih erat antara pemerintah, pihak penyelenggara
pendidikan, khususnya para guru, masyarakat, dan orang tua dalam memantau
perkembangan pendidikan dan pembelajaran anak murid guna memastikan bahwa
tiap-tiap murid tersebut dapat mengikuti dan memahami materi pelajaran yang
diberikan di jenjang pendidikan dasar. [7]
Untuk lebih memperjelas pembahasan tentang
system pendidikan di FInlandia, Komponen-komponen yang terdapat pada sistem
pendidikan yaitu tujuan, pendidik, peserta didik, dan alat pendidikan.[8]
a.
Tujuan
Pendidikan di Finlandia
Tujuan
utama sistem pendidikan Finlandia adalah mewujudkan high-level education for
all. Tujuan tersebut mengupayakan agar seluruh rakyat Finlandia dapat
mengenyam pendidikan hingga tingkatan tertinggi, secara merata, dengan
kemampuan, keahlian dan kompetensi yang terbaik. Finlandia membangun sistem
pendidikan dengan karakteristik yang dilaksanakan secara konsisten, yakni, free
education, free school meals, dan special needs education dengan berpegang
teguh pada prinsip inklusivitas. Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan
sedemikian rupa agar mampu menjamin kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat
untuk menikmati pendidikan terlepas dari faktor gender, strata sosial, latar
belakang etnis dan golongan. Fokus utama sistem pendidikan adalah kemerataan
pendidikan guna menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong pembangunan
nasional berdasarkan inovasi.
Segenap
rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan secara gratis.
Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh warga negara
untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang pendidikan, sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang perekonomian
mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas seluruh
warganegaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi Finlandia.
Bab II Seksi 16 Konstitusi Finlandia secara tegas menyatakan bahwa,
“Everyone
has the right to basic education free of charge. Provisions on the duty to
receive education are laid down by an Act. The Public authorities shall, as
provided in more detail by an Act, guarantee for everyone equal opportunity to
receive other educational services in accordance with their ability and special
needs, as well as the opportunity to develop themselves without being prevented
by economic hardship. The freedom of science, the arts and higher education is
guaranteed.”[9]
"Setiap
orang berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara gratis. Ketentuan mengenai tugas untuk menerima pendidikan
yang ditetapkan oleh Undang-undang.
Pihak berwenang publik harus, sebagaimana diatur secara lebih rinci oleh Undang-undang, jaminan untuk semua orang kesempatan yang sama untuk menerima pelayanan pendidikan lainnya sesuai dengan kemampuan mereka dan kebutuhan khusus, serta kesempatan untuk mengembangkan diri tanpa
dicegah oleh kesulitan
ekonomi. Kebebasan ilmu
pengetahuan, seni dan pendidikan
tinggi dijamin. "
b.
Pendidik di
Finlandia
Pada tahun 1974, pemerintah memutuskan
untuk meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dan pendidik di seluruh jenjang
pendidikan. Sebelum tahun 1974, persyaratan untuk menjadi seorang guru sekolah
dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah sarjana strata-1 (Bachelor
of Arts). Namun dimulai sejak tahun 1979, seorang guru untuk dapat mengajar di
jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun haruslah seorang sarjana strata-2
(magister) di bidang pendidikan (Master of Arts on Education). Saringan seleksi
para guru diperketat guna memperoleh guru dan tenaga pendidik yang handal dan
berkompeten dalam memberikan ilmu kepada seluruh siswa. Guru dan tenaga
pendidik serta pengajar diberikan kebebasan dan otonomi dalam menerapkan metoda
pengajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Selain itu,
meskipun tidak menawarkan gaji yang tinggi, profesi guru merupakan profesi yang
sangat diminati dan dihormati di Finlandia.[10]
Guru-guru Finlandia boleh adalah guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri
adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu besar.
Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di
sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima.
Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain
seperti fakultas hukum atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang
guru-gurunya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan
perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang
baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka
menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan kompetensi
tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka,
dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih
sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa
merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru
percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa.
Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos
ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan
yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian
untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya
sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas
pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso,
Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru bekeja lebih bebas karena
tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara
independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka
butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang
dikatakan oleh guru. Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah.
Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan
menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang
lambat mendapat dukungan secara intensif baik oleh guru maupun siswa lain. Hal
ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah
di Finlandia sangat kecil perbedaannya antara siswa yang berprestasi baik dan
yang buruk.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda
kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas
menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya:
Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dll.
Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang
penting mereka berusaha. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan
siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada
siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu
maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan
melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan
nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem
ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya
masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada
segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan dan
keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi
guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui
tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata
seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!.[11]
Guru di Finlandia lebih mengedepankan proses pembelajaran dimana siswa dapat menyerap apa yang dipelajari di kelas ketimbang apa yang mereka dapat lakukan diluar kelas. bahkan didalam 1 kelas terdapat 2 guru untuk memberikan hak belajar yang sama pada setiap siswa. “homework doesn’t make you smart”[12]
c. Peserta
didik dan Alat Pendidikan (kurikulum) di Finlandia
Seluruh
anak memiliki kesempatan yang setara untuk menimba ilmu dan mengembangkan
dirinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kompetensinya, terlepas dari
perbedaan strata ekonomi, bahasa dan lingkungan tempat tinggalnya. Seluruh anak di Finlandia juga berhak untuk
menikmati pendidikan berkualitas dan berkompeten di lingkungan pendidikan yang
kondusif dan aman. Sistem pendidikan yang fleksibel dan kewajiban untuk
mengenyam pendidikan dasar menghasilkan kesetaraan dan kualitas yang maksimal.
Sistem
pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:
1. Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri
dari 6 tahun pendidikan dasar dan 3 tahun pendidikan menengah pertama);
2. Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah
kejuruan (vocational training); dan
3. Pendidikan tinggi (higher education).
Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak
yang belum memasuki usia wajib sekolah (di bawah usia 7 tahun). Pendidikan
dasar adalah tingkat pendidikan umum dasar yang diberikan secara komprehensif
dalam periode 9 tahun. Pendidikan menengah atas terdiri dari pendidikan dan
pelatihan kejuruan dan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi diberikan di
berbagai universitas dan politeknik. Pendidikan dan pelatihan kaum muda
tersedia di setiap tingkatan jenjang pendidikan. Selain dari pada itu,
pendidikan kaum dewasa menawarkan berbagai macam pendidikan dan pelajaran
rekreasional yang diharapkan mampu membangun kompetensi dan keahlian penduduk.
Di Finlandia, pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar dan pendidikan serta
pelatihan menengah atas, dilengkapi dengan pendidikan anak di pagi dan sore
hari (setelah sekolah), yang disajikan secara koheren dengan pembelajaran di
sekolah guna mendukung perkembangan, pembangunan dan kemaslahatan anak didik.
Transisi
siswa dari satu tingkat pendidikan ke tingkat lainnya diatur oleh peraturan
perundang-undangan. Ijasah pendidikan umum dan menengah atas merupakan
prasyarat yang harus dimiliki untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat
universitas dan politeknik.[13]
d. Pendidikan
Pra Sekolah
Di Finlandia, anak dikenakan wajib belajar
ketika ia memasuki usia yang ketujuh. Namun demikian, bagi anak yang belum
mencapai usia 7 tahun, mereka dapat menikmati pendidikan pra-sekolah yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah di bawah pengawasan administratif Kementerian
Sosial. Anak yang berusia di bawah 7 tahun yang mengikuti jenjang pendidikan
pra-sekolah di sekolah umum/pemerintah tidak dipungut biaya pendidikan. Selain
dari pada itu, siswa pra-sekolah juga disediakan makanan (school meals),
pelayanan kesehatan, dan transportasi (apabila rumah mereka berada lebih dari 5
Km) secara gratis. Namun demikian, bagi anak berusia di bawah 7 tahun yang
mengikuti jenjang pendidikan pra-sekolah di pusat penitipan anak akan dikenai
biaya yang disesuaikan dengan pendapatan orang tuanya. Di jenjang pendidikan
pra-sekolah terdapat konsep ”educational partnership” yang menekankan
pentingnya peran orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak yang diberikan
oleh gurunya di sekolah atau di pusat penitipan anak. Orang tua murid juga
turut aktif dilibatkan dalam penyusunan kurikulum daerah yang tetap berpegang
teguh dengan kurikulum inti nasional.
e.
Pendidikan Dasar
Sistem pendidikan Finlandia tidak lagi
mengenal sistem pendidikan menengah pertama, atau setara dengan pendidikan di
tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Indonesia. Sejak tahun 1968, Finlandia
mengadopsi sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun. Sesuai dengan
Undang-Undang Pendidikan Dasar No.628 Tahun 1998, seluruh anak yang tinggal
menetap di Finlandia, dan telah memasuki usia 7 tahun, wajib mengenyam
pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berakhir ketika seluruh silabus pendidikan
dasar 9 tahun telah diselesaikan, atau 10 tahun sejak dimulainya wajib belajar.
Orang tua atau wali murid dalam usia wajib belajar wajib menyekolahkan anaknya
untuk mengikuti program wajib belajar. Pemerintah daerah memiliki kewajiban
untuk menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk seluruh anak
yang tinggal di kekuasaan wilayah administratifnya. Setelah anak menyelesaikan
seluruh silabus pendidikan dasar, maka anak tersebut akan menerima sebuah
sertifikat yang menyatakan bahwa anak tersebut telah menyelesaikan pendidikan
wajib dasar 9 tahun dan berhak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan menegah
atas (general upper secondary school) atau pendidikan kejuruan (vocational
education and training). Dalam jenjang pendidikan dasar 9 tahun, tidak terdapat
ujian nasional untuk kenaikan tingkat kelas, maupun ujian nasional untuk
kelulusan pendidikan wajib dasar 9 tahun. Anak hanya akan memperoleh penilaian
yang diberikan oleh guru di tiap akhir tahun ajaran dan di akhir jenjang
pendidikan dasar.[14]
f.
Pendidikan
Menengah Atas dan Kejuruan
Setelah seorang murid telah menerima
seluruh kurikulum jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun, maka murid tersebut
dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan lanjutan (upper secondary
education level). Terdapat dua macam jenjang pendidikan lanjutan, yakni jenjang
Pendidikan Menengah Atas dan jenjang Pendidikan Sekolah Kejuruan (vocational
education and training). Jenjang pendidikan sekolah kejuruan dibagi ke dalam
dua tingkat, yakni pendidikan kejuruan (initial vocational education and
training) dan pendidikan kejuruan lanjutan (further vocational education and
training). Murid dapat memilih jalur pendidikan mana yang akan mereka
jalani. Kurikulum jenjang pendidikan
menengah atas dan jenjang pendidikan sekolah kejuruan ditempuh selama 3 tahun.
Namun demikian, setelah seorang murid menamatkan salah satu dari kedua jalur
pendidikan tersebut, maka ia berhak untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang
perguruan tinggi di Universitas atau Politeknik. Pendidikan menengah atas
diselenggarakan berdasarkan mata pelajaran (course-based). Dan berakhir dengan
suatu ujian matrikulasi nasional (national matriculation examination). Minimal
4 (empat) materi pelajaran yang diuji dalam ujian matrikulasi nasional,
yakni satu materi pelajaran wajib, yakni
ujian bahasa ibu (bahasa Finlandia, Swedia atau Sami), dan selebihnya materi
opsional yang dipilih oleh siswa tersebut. Pilihan yang disediakan untuk materi
ujian opsional adalah pelajaran bahasa kedua, bahasa asing, matematika dan
sebuah mata pelajaran umum lainnya. Murid dimungkinkan untuk mengambil lebih
dari 4 materi pelajaran untuk ujian matrikulasi nasional. Hasil ujian
matrikulasi nasional akan diproses dan dinilai oleh suatu lembaga independen
yang secara khusus ditentukan oleh Kementerian Pendidikan Finlandia, yakni
Badan Ujian Matrikulasi Nasional (National Matriculation Examination Board).
Badan Ujian Matrikulasi Nasional tersebut bertugas untuk selama 3 tahun, dan
setelahnya akan dibuka proses penunjukan lembaga independen lain yang akan
menggantikannya.
g.
Pendidikan
Tinggi
Sistem pendidikan tinggi (dikti) Finlandia
terdiri dari 2 sektor, yakni politeknik, dan universitas. Misi politeknik adalah untuk mencetak dan
melatih para ahli untuk mendukung dunia kerja dan melaksanakan riset dan
pembangunan yang mampu menyokong pendidikan serta pembangunan daerah.
Universitas melaksanakan riset ilmiah dan menyediakan instruksi dan pendidikan
paska sarjana. Tujuan inti kebijakan dikti Finlandia adalah untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan masyarakat dan mencetak para ahli terdidik guna memenuhi
kebutuhan dunia kerja, khususnya di bidang bisnis dan industri. Untuk
memperoleh gelar dari sebuah Universitas, siswa harus mengumpulkan 120 nilai
kredit Eropa (ECTS) untuk gelar Sarjana, dan 180 ECTS untuk gelar Magister.
Pada umumnya, siswa dapat memperoleh gelar sarjana dalam tempo 2-3 tahun atau
1-2 tahun untuk gelar magister. Di beberapa bidang kekhususan ilmu, seperti
kedokteran, gelar kesarjanaan dapat diperoleh dalam tempo waktu yang lebih
lama. Setiap siswa diharapkan untuk membuat rencana studi sebagai mekanisme
monitoring perkembangan kuliah. Selain faktor pemenuhan nilai kredit kuliah,
kelulusan siswa juga ditentukan dari keberhasilan siswa untuk menghasilkan
sebuah karya tulis penelitian ilmiah (thesis), baik di tingkat sarjana, maupun magister,
di akhir periode kuliah. Beberapa bidang studi sarjana dan magister, siswa juga
dipersyaratkan untuk mempertahankan karya tulis penelitian ilmiahnya (thesis
defense) di hadapan para dosen, pakar, maupun akademisi. Khusus jenjang
doktoral, persyaratan thesis defense merupakan suatu hal yang harus dipenuhi.[15]
Suasana belajar dan mengajar yang santai.
murid-murid sekolah di finlandia tidak mengenakan seragam saat bersekolah.
mereka diizinkan memakai pakaian kasual yang nyaman bagi mereka. hal ini juga
berlaku pada guru-guru di sana. tidak ada istilah PR ( pekerjaan rumah ) dalam
sisiem sekolah di negri ini. bahkan finlandia tercatat sebagai negara dengan
waktu belajar terseingkat di dunia dibanding negara maju lainnya yaitu 4-5 jam
per hari. selain itu , guru yang mendampingi dalam 1 kelas ada 3 orang .
2 guru pengampuh mata pelajaran dan 1 orang guru lagi untuk mendampingi anak
secara individual apabila mengalami kendala saat proses belajar berlangsung.[16]
h.
Kurikulum
Finlandia
Salah satu prinsip kurikulum di Finlandia
adalah Non-discrimination and equal treatment yang berarti tidak ada
diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. di Finlandia semua anak punya
hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan
semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak. jadi siswa
bisa masuk ke sekolah mana saja karena semua sekolah sama. hal lain yang
membuat sistem pendidikan di Finlandia berbeda adalah karena tidak ada assessment
atau penilaian. siswa-siswa di Finlandia dibimbing untuk memiliki hak yang
sama ketika belajar, maka tidak heran jika di dalam kelas mereka memiliki
minimal dua guru untuk mengajar, 1 bertindak sebagai guru utama dan 1-nya
sebagai asisten. di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive
understanding and have their say in accordance with their age and maturity yaitu
menerima pemahaman dan pendapat sesuai umur dan kedewasaan. jadi mereka
memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka tanpa diskriminasi. mereka
juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak cacat dan
anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk
diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak
lainnya.
Dari segi mata pelajaran di Finlandia
memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya terbungkus dengan kata orientation.
kenapa ada kata orientation? karena kurikulum di Finlandia
memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa
belajar isi dari seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai
memperoleh kemampuan menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada
disekitar mereka. maka jika anda melihat ada tiga kata yang dipakai disini
yaitu examine, understand, & experience. jadi siswa melatih kemudian
memahami dan mencoba. jadi pada hakikatnya siswa di Finlandia tidak belajar isi
dari buku-buku tetapi berinteraksi dengan ilmu-ilmu tersebut. tentunya dengan
fasilitas yang lengkap di setiap sekolah, baik desa maupun kota.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana
seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas hanya di dalam kelas. siswa
diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas ketika bahan
ajar berkaitan dengan lingkungan. jadi dalam hal ini siswa tidak semata-mata
belajar teori namun terjun ke lapangan untuk membuka wawasan mereka tentang
alam demi mendapatkan pengetahuan dari pengalaman secara langsung. Jangan heran
jika di Finlandia ada yang namanya Parental engagement, orang tua
siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka juga secara tidak
langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah. tujuannya adalah agar
memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa
yang dibutuhkan si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari
orangtuanya ke pihak sekolah. luar biasa bukan? dan ini mereka lakukan dalam
bentuk diskusi bersama orangtua dan staff.
Tidak hanya itu,
orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak
memberikan saran untuk perkembangan si anak. ini adalah peran nyata orangtua
dalam pendidikan. jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke
sekolah dan terus selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk
memonitor kemajuan si anak dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran
dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika dibutuhkan.[17]
C. PENUTUP
Finlandia berhasil menjadikan dirinya
sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik nomor satu di dunia. Hal ini
tentu tidak terlepas dari kerja keras dan keseriusan pemerintah untuk melakukan
komitmen demi mensukseskan pendidikan nasional. Ada beberapa cara/prosedur
dalam sistem pendidikan di Finlandia yang berbeda dengan sistem pendidikan
negara lainnya di dunia.
Finlandia tidak menerapkan sistem
stratifikasi sekolah, tidak ada istilah sekolah favorit atau pun sekolah
rakyat. Semua sekolah di negara ini adalah sama, namun yang menjadi pembeda
adalah opsi pelajaran bahasa dan olah raga. Sehingga setiap orang di sana
menentukan pilihan sekolahnya bukan berdasarkan cluster sekolah terfavorit
atau termahal, tetapi berdasarkan jenis bahasa dan olah raga yang ingin ia
pelajari. Hampir semua sekolah merupakan milik pemerintah. Pemerintah tidak
membeda-bedakan antar sekolah, karena setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan yang sama mapan.
Finlandia menerapkan konsep testless
dalam kegiatan pembelajaran. Artinya, siswa tidak terlalu banyak dibebani oleh
tes atau ujian, bahkan tidak ada UTS, UAS, atau ujian nasional seperti yang
dilakukan di Indonesia. Siswa menempuh tes hanya ketika ia akan memasuki
perguruan tinggi saja. Ujian tidak banyak dilakukan karena ujian adalah alat
evaluasi yang sifatnya mengukur kemampuan secara generik dan tidak mampu
melihat kecerdasan setiap siswa secara spesifik–karena setiap siswa memiliki
tingkat kecerdasan berbeda-beda. Guru di finlandia hanya berfokus pada
upaya-upaya untuk mengoptimalkan kecerdasan siswa melalui bimbingan aktivitas
pembelajaran di kelas.
Kualifikasi guru S2 (Master) dan sudah
mengikuti pelatihan keguruan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan. Dengan
adanya standardisasi pendidikan yang tinggi bagi guru-guru di Finlandia, maka
pengelolaan pendidikan akan semakin baik, karena guru adalah subjek yang paling
berpengaruh di dalam kelas–sekalipun ketika menerapkan metode student
centered.
Kurikulum bersifat fleksibel. Artinya,
kurikulum didesain dan diserahkan kewenangannya pada pemerintah daerah
berlandaskan budaya dan kearifan lokal–karena potensi dan karakteristik setiap
daerah tidaklah sama. Sehingga masing-masing daerah dapat mengoptimalkan setiap
potensinya.
Pendidikan di Finlandia tidak menerapkan
sistem ranking. Karena pendidikan diciptakan sebagai alat untuk bekerja
sama, bukan sebagai alat untuk bersaing dan berkompetisi. Sistem ranking dianggap
dapat melumpuhkan motivasi siswa untuk belajar.[18]
BEBERAPA HAL YANG MUNGKIN BISA
DITIRU, DARI SISTEM PENDIDIKAN YANG ADA DI FINLADIA, DIANTARANYA :
1.
Anak Finlandia tidak memulai
sekolah sampai usia mereka 7 Thn. ( Bandingkan dengan para orangtua di
Indonesia justru bangga anaknya sekolah pada usia dibawah usia 7 tahun. bahkan
dengan beben pembelajaran yang berat.)
Elinag / Shutterstock.com(Sumber: NYTimes)
2. Tidak di bebani Ujian dan PR, sampai menjelang usia mereka remaja.
3. Anak-anak tidak diukur sama sekali selama enam tahun pertama pendidikan mereka. ( Pada sistem pendidikan kita , Murid SD sampai stress karena sering ditakuti Pihak sekolah, dengan seabreg Ujian, Padahal terkadang anak sering tidak diajar ).
Shutterstock / BlueOrangeStudio
(Sumber: NYTimes)
4. Hanya ada satu tes standar wajib di Finlandia, yang diambil ketika anak-anak berusia 16 Tahun. ( Bandingkan dengan sistem ujian ujian di SMP dan SMA, Ditambah UN, bukan saja membuat Lembaga pendidikan tidak jujur, Anak hanya dihargai Otaknya saja, Minus bakat dan Minat,)
Getty: Tony Lewis
(Sumber: Smithsonian)
5. Tidak ada Kelas Unggulan,semua kemampuan berada pada kelas yang sama. Dan terbukti akhirnya RSBI /RSI di indonesia oleh MK dicabut keberadaanya, karena akan tercipta kasta kasta baru dalam dunia pendidikan.
(Sumber: Smithsonian)
6.Finlandia menghabiskan sekitar 30 persen lebih untuk biaya pendidikan per siswa mengungguli Amerika Serikat.
7. 30 persen anak-anak menerima bantuan tambahan selama sembilan tahun pertama mereka sekolah.
8. 66 persen siswa masuk ke perguruan tinggi.Dan tertinggi di erofa
9. Nyaris semua siswa memilki kemampuan akademis yang merata
10. Kelas sains maksimal 16 siswa sehingga mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas.
OnlineDegrees.org
(Sumber: TNR)
11. 93 persen masyarakat Finlandia lulus dari SMA.bahkan17,5 peresen lebih tinggi dari AS .
12. 43 persen dari Finlandia siswa sekolah menengah pergi ke sekolah kejuruan.
13.Siswa SD mendapatkan 75 menit dari istirahat sehari di Finlandia dibandingkan rata-rata 27 menit di Amerika Serikat.
(Sumber: TNR)
14. Guru hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan profesional.”
Flickr: Leo-Seta
(Sumber: NYTimes)
15. Finlandia memiliki jumlah guru sebanyak di New York City, namun siswa jauh lebih sedikit. Dengan perbandingan 600.000 siswa di finlandia dengan 1,1 juta di NYC.
16. Sistem sekolah di danai 100 % oleh negara .
7. Semua guru di Finlandia harus memiliki gelar master, yang sepenuhnya disubsidi.
18. Guru yang dipilih dari 10% lulusan terbaik di kampusnya ( yang ini jangan bandingkan dengan di Indonesia )
19. Pada 2010, 6.600 pelamar bersaing untuk kuota 660 penempatan di sekolah dasar
20. Gaji awal rata-rata untuk seorang guru Finlandia adalah $ 29.000 pada 2.008, atau kurang lebih berkisar 30 Juta Rupiah/ Bulan.
21. Guru diberi status yang sama seperti dokter dan pengacara
Pada tingkatan standar internasional , pada tahun 2001 saja, rata rata kemampuan Ilmu pengetahuan, membaca , dan Matematika anak anak Finlandia menempati posisi teratas didunia, melewati US dan negara negara sedemografi dengan finlandia’.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Akhmad Sudrajat,
[2]
Sanghiang, Makalah Tentang Sistem Pendidikan Nasional, http://ekookdamezs.blogspot.com/2012/06/makalah-sistem-pendidikan-nasional.html,
[3] Van88, makalah permasalahan pendidikan di Indonesia, http://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/
[4] Sekolah Orangtua, Negara dengan Kualitas Pendidikan Terbaik di dunia, http://www.sekolahorangtua.com/2010/01/12/negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/,
[5] Ujhreh, Pengertian Sistem Pendidikan,
http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/06/pengertian-sistem-pendidikan.html#.UjHReH_CXIV,
[6]
Bedi Javas, Perubahan Sistem Pendidikan di Finlandia, http://bdjavas.blogspot.com/2013/04/sistem-pendidikan-di-finlandia.html,
[7]
Bedi Javas,Loc.cit
[8]
Ujhreh, Loc.cit
[9]
Bedi Javas, Loc.cit
[10]
Bedi Javas, Loc.cit
[11] Lazada, Finlandia : Negara dengan kualitas pendidikan
terbaik di dunia !, http://biologimediacentre.com/finlandia-negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/,
[12]
Masykur Mahmud, Konsep Pendidikan di Finlandia, http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/24/konsep-pendidikan-di-finlandia-465541.html,
[13]
Bedi Javas, Loc.cit
[14]
Bedi Javas, Loc.cit
[15]
Bedi Javas, Loc.cit
[16]
Laili Isrami, Finlandia dan Sistem Pendidikan yang memukau, http://11020li.blogspot.com/2012/06/finlandia-dan-sistem-pendidikan-yang.html,
[17]
Masykur Mahmud, Loc.cit
[18]
Gina Gustina, Kenapa tidak mencontoh
pendidikan ala Finlandia, http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/23/mengapa-tidak-mencontoh-sistem-pendidikan-ala-finlandia-553853.html,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar