Sabtu, 30 November 2013

Strategi Belajar Mnemonic



Strategi Belajar Mnemonic
1. Pengertian Strategi Mnemonic

Sebagaimana yang dijelaskan pada latar belakang masalah, bahwa strategi mnemonic merupakan strategi yang membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja, sehingga informasi tersebut lebih mudah di cocokkan dengan skema jangka panjang.

Sebelum menjelaskan strategi mnemonic lebih rinci terlebih dahulu kita ketahui tentang ingatan.

Ingatan dalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya berpusat dalam otak.[1] Winkel mengatakan bahwa ingatan adalah suatu aktifitas kognitif dimana manusia menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau.[2] Demikian juga yang diungkapkan Abu Ahmadi bahwa bahwa ingatan adalah suatu daya yang dapat menerima, menyimpan,, dan memproduksi kembali kesan-kesan, tanggapan dan pengertian.[3] Dengan demikian ingatan itu tidak hanya kemampuan untuk menyimpan apa yang pernah dialami pada masa lampau namun juga termasuk kemampuan untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali. Kemampuan mengingat ini tidak hanya di perlukan dalam proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tapi juga dalam proses berfikir, kemampuan kognitif dan kemampuan-kemampuan yang lain. Dengan kata lain bahwa, kecakapan kognitif menuntut seorang anak untuk mempunyai beberapa keahlian yang tepat, salah satunya adalah daya ingat yang baik. Namun, tidak semua ingatan yang baik dimiliki oleh setiap anak, hal ini disebabkan karena memori atau ingatan kita dipengaruhi oleh : sifat, seseorang, alam sekitar, keadaan jasmine, keadaan rohani (jiwa) dan umur manusia.[4]

Menurut Atkinson dkk (1987) proses mengingat di bagi dalam tiga tahapan yaitu :

a) Memasukkan

Dalam tahap memasukkan, kesan-kesan diterima dan di pelajari baik secara spontan atau disengaja maupun secara sadar atau tidak sadar.

Pada tahap memasukkan ini, terjadi pula proses enconding. Enconding adalah proses pengubahan informasi menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu sesuai dengan perangkat organisme yang ada.

b) Menyimpan

Setelah enconding selesai dilakukan baru dapat dilakukan penyimpanan selama waktu tertentu, pada tahap ini terjadi penyimpanan beberapa catatan, kesan-kesan yang telah diterima dari pengalaman sebelumnya.

c) Mengeluarkan kembali

Tahap ini merupakan tahap untuk mengingat kembali (Remembering) atau memperoleh kesan-kesan pengalaman yang telah disimpan dalam ingatan batasan tersebut menunjukkan bahwa informasi tidak hanya disimpan saja, tapi harus dapat dipanggil kembali, terjadi proses kelupaan.

Kata mnemonic berasal dari mnemosyne dewi memory Yunani kuno, kata mnemonic secara singkat didefinisikan sebagai membantu memory. Strategi mnemonic ini merupakan teknik yang dapat membantu ingatan. Mnemonic digunakan pada tugas belajar yang berbeda dan merupakan proses atau teknik mengembangkan memory.[5] Dari banyak penelitian terbukti bahwa strategi mnemonic ini jelas dapat meningkatkan ingatan.[6]

Cara-cara yang digunakan dalam peningkatan daya ingat ini suatu teknik yang menuntut kemampuan otak untuk menghubungkan kata-kata, ide dan khayalan.[7] Sedangkan menurut Eric Jeansen mnemonic merupakan suatu metode untuk membantu mengingat dalam jumlah besar informasi yang melibatkan tiga unsur yaitu : pengkodean, pemeliharaan, dan mengingat kembali.[8]

Strategi mnemonic ini merupakan cara untuk pengkodean sehingga dapat membantu sehingga dapat membantu proses penyimpanan dan mengingat kembali baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek, karena sistem tersebut memungkinkan kita menyimpan informasi didalam memory, sehingga akan mampu memperolehnya kembali bila dibutuhkan.

Dalam teknik mnemonic atau membantu daya ingat, fungsi otak kanan diaktifkan karena anak dilatih untuk membuat suatu cerita, berimajinasi, lagu atau irama dan gambar sehingga suatu materi menjadi sesuatu yang unik, menarik, dan menyenangkan. Dengan demikian anak akan lebih mudah dan lebih cepat dalam menghafal. Sama seperti pada waktu berkemah, maka akan lebih memudahkan untuk mengatur peralatan-peralatan yang banyak, yang pada awalnya memang dibutuhkan banyak waktu dan usaha namun kalau sudah sekali dilakukan, maka proses retrieval (mendapatkan kembali informasi yang dibutuhkan akan lebih mudah. Organisasi informasi tersebut terjadi baik di ingatkan jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam ingatan jangka pendek (short term memory) kapasitasnya dapat kita perluas kalau kita melakukan chunking terdapat informasi yang baru masuk sedangkan dalam ingatan jangka panjang kapasitasnya berhubungan dengan skema organisasi subyek. Dengan demikian pengkodean informasi dalam kategori-kategori dapat mempermudah proses mengingat kembali

Namun ada beberapa dalam menerima suatu informasi dan setiap orang memiliki gaya yang berbeda-beda dalam, mengingat informasi. Misalnya secara visual yaitu dengan gambar, struktur benda, peta dan kata tertulis dibandingkan dengan intruksi yang diberikan secara lisan. Sebaliknya, yang memiliki kecenderungan dengan auditori lebih suka memproses informasi melalui telinga dan mereka lebih muda menampilkan kembali ingatan yang diberi petunjuk rima, jingle, puisi, sajak,. Dan hampir semua orang punya kecenderungan kinestetik artinya kita belajar lebih baik jika kita melakukan, merasakan, mengalami sesuatu dalam bentuk nyata.[9]

2. Teknik-teknik mnemonic

Menurut teori Eric Jeansen mnemonic merupakan suatu metode untuk membantu mengingat dalam jumlah besar informasi yang melibatkan tiga unsur yaitu : pengkodean, pemeliharaan, dan mengingat kembali.[10]

Dengan menerapkan beberapa teknik mnemonic untuk mengingat sesuatu informasi. Proses ingatan akan lebih mudah, karena mnemonic selalu menggunakan prinsip asosiasi (penghubung) dengan sesuatu yang lain. Teknik mnemonic yang akan dibahas berikut akan memperkuat ingatan, hanya dengan sedikit usaha.

a. Metode loci

Loci (berarti lokasi) adalah alat mnemonic yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-tempat atau benda-benda di lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin anda ingat.[11]

Untuk memicu ingatan anda agar dapat mengingat serangkaian kunci pokok dalam pidato atau presentasi asosiasikan setiap masalah yang ingin anda bicarakan dengan anggota tubuh. Contohnya, Anda dapat mengasosiasikan ucapan pendahuluan dengan (pintu depan rumah). Poin pidato pertama diasosiasikan dengan (ruang tamu), poin kedua dengan (ruang keluarga). Kemudian penutup diasosiasikan dengan (dapur).[12]


b. Kata penanda

System kata penanda adalah alat mnemonic dengan mengasosiasikan menggunakan objek kongkret. System kata penanda ini sangat membantu dalam mengingat angka. Kata penanda dapat berupa kata-kata yang anda ciptakan sendiri atau kata-kata yang sudah dikenal masyarakat. Seperti: kata penanda dari lagu dua mata saya. Jadi, dua adalah mata, satu adalah mulut, hidung adalah satu, dan seterusnya.[13]

c. Kata berkait atau link-word

Metode ini digunakan untuk mengingat kata-kata bahasa asing atau konsep abstrak. Metode ini adalah bentuk asosiasi lain yang mengaitkan secara verbal dan visual, kata yang berlatar mirip dengan kata atau konsep yang harus diingat. Misalnya dalam bahasa Spanyol, hola dapat diasosiasikan dengan “oh.lah” seperti di terasa olalaa, menyenangkan bertemu denganmu, atau dalam identifikasi kata-kata (misalnya: kota Jambi dihubungkan dengan orang yang memetik pohon Jambu).[14]

d. Chunking atau pemotongan

Karena memori kerja seseorang memiliki kapasitas yang begitu terbatas, sulit bagi kebanyakan orang untuk mempelajari suatu deretan angka panjang. Namun apabila nomor itu dapat ditempatkan dalam potongan-potongan, nomor itu akan lebih mudah diingat. Misalnya pada nomor telpon 0318291834 anda akan mengalami kesulitan dalam mengingat, namun jika dipotong seperti ini 031-8291834 anda akan dapat mudah mengingat.[15]

e. Akroim

Akronim adalah satu kata yang terbuat dari huruf pertama dari serangkaian kata. Salah satu akronim yang mudah diingat adalah ASEAN (Association of South East Asian Nations). Namun, sebuah akronim terkadang memasukkan huruf kedua agar singkatan lebih mudah dibaca seperti JABOTABEK. Namun sebuah akronim tidak selalu membentuk kata, namun menggunakan imajinasi. Jika diperlukan untuk mengingat lima hal yang harus dilakukan saat pulang ke rumah (Misalnya, bersih-bersih, mencuci, masak, menelepon dan membaca Koran) dan semua itu dapat diingat dengan akronim BC-M2K.[16]

f. Akrostik

Akrostik juga menggunakan huruf kunci untuk membuat konsep abstrak menjadi lebih konkrit sehingga lebih mudah diingat. Namun, akrostik tidak selalu menggunakan huruf pertama dan juga tidak selalu menghasilkan singkatan dalam bentuk satu kata atau frasa misalnya: pelangi “Mejikuhibimu”: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Atau dalam ilmu tajwid “Baju di toko" untuk mengingat huruf Qalqalah yaitu: ta’, jim, dal, tho’ dan qof.[17]

3. Langkah-langkah penggunaan strategi mnemonic dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI)

Hasil penelitian yang diterbitkan akhir 1970-an menunjukkan bahwa mnemonic dapat membantu kita menyelesaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan di sekolah (Higbee, 1996). Berbagai macam strategi mnemonic diperlukan untuk mengerjakan tugas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengklaim adanya satu strategi mnemonic yang dapat digunakan untuk semua tipe pelatihan ingatan justru dalam menggunakan strategi mnemonic harus memutuskan teknik apa yang paling cocok dan efektif untuk tugas pembelajaran yang sedang dihadapi.

Untuk itu, dalam pembelajaran PAI tepatnya pada materi Al Qur'an dan akhlak yang paling cocok dan efektif menggunakan teknik Akronim, Akrostik, Rima-Jingle, dan Cunking adalah sebagai berikut:

Akronim

Pada pelajaran Aqidah Akhlak terdapat materi tentang Nabi-Nabi Ulul 'Azmi yang ada lima, yang disingkat dengan NIMIM, yaitu:

N Nuh

I Isa

M Musa

I Ibrahim

M Muhammad

Akrostik

Akrostik ini lebih sering digunakan pada pelajaran Al Qur'an pada materi Tajwid. Misalnya

- Huruf Qalqalah sughra "Baju di toko" = ba', jim, dal, tho, dan qaf

- Huruf Idgham Bighunnah "Yanmu" = ya', nun, mim, wawu.

Rima – Jingle

Pada teknik rima – jingle ini, menuntut seorang guru untuk bersifat kreatif. Seorang guru harus mengerti materi apa yang tepat dijadikan lagu atau irama agar siswa mudah untuk mengingat. Misalnya menghafal sifat wajib bagi Allah dan nama-nama Malaikat yang kesemuanya itu lebih tepat menghafal jika dilagukan.

Chunking

Chunking yaitu pemotongan, pada pelajaran Al Qur'an terdapat beberapa materi yang dihubungkan pada ayat-ayat Allah. Untuk itu, siswa tidak hanya dituntut dapat memahami maksud kandungan ayat, namun menghafal ayat yang terkait. Untuk memudahkan siswa dalam menghafal ayat, seorang guru menyarankan menggunakan teknik Chunking dalam menghafal suatu ayat. Misalnya: pada materi hidup hemat surat At-Takatsur.

4. Manfaat strategi mnemonic

Dalam teknik mnemonic atau peningkatan daya ingat, memfungsikan otak kanan untuk diaktifkan, karena anak dilatih untuk membuat suatu cerita, lagu atau irama serta berimajinasi sehingga seseorang akan mudah mengingat sebuah informasi, catatan, dan lain-lain yang sudah dipelajari.

Dari itu terdapat manfaat belajar dan mengajar dengan mengoperasikan strategi mnemonic.

a. Strategi ini secara otomatis memberi semangat siswa sehingga tertarik, karena anak dilatih untuk membuat suatu cerita, berimajinasi, irama dan gambar.

b. Dengan menggunakan teknik-teknik mnemonic dapat memindahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran yang ada.

c. Apabila siswa dapat menggunakan strategi mnemonic dengan efisien, mereka dapat memaksimalkan waktu belajar dan mengejar target lebih mudah.

d. Strategi mnemonic membantu siswa mengingat informasi lebih cepat dan mempertahankannya lebih lama.

Ada tiga unsur dasar yang terlibat dalam proses mengingat kembali secara cepat. Agar setiap pembelajaran informasi baru dapat terpatri dalam ingatan.

· Dikodekan (direkam)

· Dirawat atau diperkuat (disimpan)

· Diingat kembali melalui asosiasi Tiga unsur dasar di atas, yang akan memberikan peluang dalam menguasai pembelajaran yang harus dikuasai dan pembelajaran yang diinginkan dengan memanfaatkan waktu secara efisien.



[1] Muhibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 72
[2] Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: PT Gramedia, 1987), hal. 42
[3] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), hal. 26
[4] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar………, hal.26.
[5] Kenneth L. Higbee, Your Memory (Semarang : Dahara Prize, 2003), hal. 157
[6] Linda L Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar. (Jakarta : Erlangga, 1998), hal. 350
[7] Jean Marie Stine. Mengoptimalkan Daya piker (Jakarta : Pustaka Delapratasa, 1997) hal 79
[8] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte (Bandung, Kaifa, 2002) hal 72
[9] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte………….., hal.40.
[10] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte…….., hal.72.
[11] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte…….., hal.82.
[12] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte…….., hal.105.
[13] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte………., hal.83.
[14] Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar (Surabaya: UNESA, 2004), hal.40
[15] Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar…………., hal.39.
[16] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte………, hal.86.
[17] Karen Markowitz, Eric Jensen, Otak Sejuta Gigabyte………, hal.87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar