Minggu, 01 Desember 2013

Guru "NYAMBI" narik Becak??

Di tengah tingginya kebutuhan hidup, ternyata masih ada guru di Kota Cirebon yang berpenghasilan rendah. Alih-alih bisa menutupi kebutuhan hidup, para guru tersebut malah harus memutar otak mencari pekerjaan lain agar mampu bertahan hidup.
Karena itu tidak aneh jika ditemukan guru nyambi menjadi pengayuh becak atau kuli serabutan lainnya. Pagi hingga siang mengajar, dan siang sampai sore bahkan malam mengayuh becak.
Ketua PGRI Kota Cirebon Djodjo Sutardjo, mengatakan masih ditemukan sejumlah guru dengan honor Rp 200.000 per bulan. Mereka rata-rata tenaga sukarelawan yang mengajar di sejumlah sekolah di Kota Cirebon.
"Tak semua guru statusnya pegawai negeri. Ada pula yang masih honorer atau sukarelawan. Mereka itulah penghasilannya sangat rendah," kata Djodjo ketika ditemui Tribun saat memeringati Hari Korpri, PGRI, dan Guru Nasional di Alun Alun Kejaksan, Kota Cirebon, Jumat (29/11/2013).
Meski berpenghasilan sangat rendah, kata Djodjo, bukan berarti guru hina. Justru ia sangat mulia, karena pengabdiannya mau mencerdaskan anak bangsa. "Soal kesejahteraan memang relatif. Guru itu jangan dilihat karena penghasilannya rendah tapi lebih ke pengabdian," ujarnya.
Diakui Djodjo, pemerintah sudah mulai ada upaya untuk menghargai jasa para guru. Itu ditandai dengan adanya tunjangan sertifikasi. Meski tunjangan tersebut tak pernah cair tepat waktu, setidaknya guru bersyukur.
Guru pun, kata Djodjo membekali diri dengan kompetensi. Ini dilakukan agar tidak tergerus zaman. Sebab diakui atau tidak, guru yang tak mau meningkatkan kompetensinya lambat laun akan ditinggalkan zaman.
Seorang guru honorer sebuah sekolah negeri di Kota Cirebon, Marfu'ah (40) mengaku sudah 10 tahun mengajar. Dari berbekal ijazah diploma dua PGSD hingga sudah meraih gelar sarjana, ia masih berstatus tenaga honorer. Atas pengabdiannya, Marfu'ah mengaku mendapat honor sekitar Rp 450.000 per bulan.
"Dulu awal-awal saya mengajar honornya cuma Rp 25.000. Saya ingat betul," kata ibu dua anak ini.
Marfu'ah mengatakan dengan honor Rp 450.000, masih sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi suaminya hanya kerja serabutan.
Marfu'ah punya harapan besar untuk bisa menjadi pegawai negeri. Lebih-lebih awal November 2013, ia bersama sekitar 400 tenaga honorer kategori dua (k2) di Kota Cirebon ikut tes CPNS. Dengan menjadi pegawai negeri, kata Marfu'ah tentu ia akan hidup lebih sejahtera. (roh)
http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/30/ada-guru-yang-nyambi-narik-becak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar