Minggu, 01 Desember 2013

Siswa di tampar, gara-gara tidak bisa jawab pertanyaan

Aksi kekerasan guru kepada siswanya kembali terjadi. Kali ini terjadi di SMP Budi Luhur, Palangkaraya, Kalteng. Gara-gara tidak bisa menjawab pertanyaan, 12 siswa dikabarkan ditampar lalu dijemur di halaman sekolah.
Akibat perlakuan itu, seorang siswa, Retno Apriliani melaporkan sang guru sekaligus kepala sekolah itu, Tarita, ke Polres Palangkaraya. "Semua ditempeleng (ditampar). Satu per satu. Di kelas waktu itu ada 12 siswa dari 13 siswa kelas IX. Kami tidak bisa menjawab rumus lingkaran yang ditanyakan karena memang belum diajari," kata Retno, Jumat (1/11/2013).
Diungkapkan dia, aksi kekerasan itu terjadi Senin (28/10/2013) sekitar pukul 15.30 Wita. Saat itu siswa masuk siang, mulai pukul 14.00 Wita. Saat kejadian, Tarita sedang mengajar pelajaran fisika.
Akibat terkena tamparan itu,  Retno mengaku kepalanya masih pusing sehingga belum mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Pasalnya, selain ditampar, 12 siswa itu juga dijemur tanpa alas kaki di halaman selama sekitar tiga jam. "Padahal ketika itu cuaca sedang panas," ucap Retno.
Dia juga mengungkapkan selama menuntut ilmu di SMP Budi Luhur, sudah lima kali mengalami tindak kekerasan dari sang kepala sekolah. Yakni, saat masih duduk di Kelas VII, VIII, dan terakhir Senin kemarin.
Biasanya, tindak kekerasan itu dialami saat tidak bisa menjawab pertanyaan. Retno selalu menceritakan kepala keluarga, namun selama ini selalu didiamkan. Karena sudah beberapa kali terulang, akhirnya mereka melaporkan Tarita ke polisi. "Saya juga masih syok. Inginnya tetap sekolah, tapi takut," ucap bocah tersebut.
Menindalanjuti laporan, Tarita kemarin diperiksa personel Polres Palangkaraya. Di mapolres, dia sempat panik saat melihat para jurnalis. Melalui ponsel, Tarita meminta orang yang diajaknya bicara menghubungi kapolres. "Saya tidak mau ada wartawan," ucapnya dengan nada tinggi.
Saat ditemui di rumah, sikap Tarita berubah. Dia bersedia memberi penjelasan dengan menegaskan tidak pernah menampar siswa. "Saya cuma toyor kepala mereka sedikit dan itu tidak mungkin sampai membuat siswa sakit," ujarnya.
Tarita mengatakan tindakan tersebut dilakukannya karena kesal. Itu pun bertujuan baik yakni agar siswa lebih giat belajar, apalagi rumus yang ditanyakan sudah diajarkan dua bulan sebelumnya.
Dia juga mengaku membariskan siswa di halaman, pada pukul 16.00 hingga 18.00 Wita. Maksudnya, mereka merenungi permintaan Tarita agar menghafal rumus-rumus karena akan mengikuti ujian nasional.  "Saya juga tidak gila sampai menyuruh siswa berpanasan. Waktu itu habis hujan. Meski demikian saya sudah meminta maaf kepada Retno dan keluarganya," kata Tarita.
Dia juga membenarkan Retno tidak masuk sekolah karena sakit. "Bisa jadi hal itu (penoyoran dan berbaris di halaman) membuatnya pusing, tetapi saya tidak pernah menampar para siswa," tegas dia.
Saat dihubungi, Kasat Reskrim Polres Palangkaraya AKP M Ali Akbar mengatakan jajarannya masih mengumpulkan keterangan terkait laporan dugaan tindak kekerasan di sekolah itu. Menurut dia, hanya Retno yang melaporkan kasus itu ke polisi.
Dia mengungkapkan, visum terhadap Retno selaku korban sudah dilakukan.  "Kejadiannya pada Senin tetapi baru divisum pada Rabu. Tapi kami akan cek lagi apakah ada luka atau lainnya. Jika dalam pemeriksaan terbukti, akan diterapkan proses hukum. Tapi sebelumnya tetap diberikan kesempatan mediasi," kata Ali. (ami)
http://www.tribunnews.com/regional/2013/11/02/siswa-di-palangkaraya-ditampar-guru-gara-gara-tak-bisa-jawab-pertanyaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar