Kamis, 19 Desember 2013

Student center learning

Model Pembelajaran SCL
Materi dan model penyampaian pembelajaran dalam SCL secara lengkap meliputi 3 aspek, yaitu (1) isi ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) sikap mental dan etika yang dikembangkan, dan (3) nilai-nilai yang diinternalisasikan kepada para mahasiswa. Di dalam proses SCL terdapat hubungan “tarik-menarik” antara learner support dan learner control. Hubungan tadi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Hal-hal yang Perlu dipersiapkan dalam SCL
Beberapa hal utama yang perlu disiapkan adalah:
Perubahan Sikap dan Peranan Dosen
Dalam konsep belajar Instructor-Centered Learning, dosen memainkan peranan utama dalam mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik. Dosen harus mempersiapkan materi selengkap mungkin, menerangkan secara searah. Mahasiswa akan menerima secara pasif materi yang diberikan dengan mencatat serta menghafal. Dengan demikian sumber belajar utama adalah dosen. Dengan menerapkan konsep SCL, sebagian beban dalam mempersiapkan serta mengkomunikasikan materi berpindah ke mahasiswa yang harus pula berperan secara aktif. Dosen bukan lagi tokoh sentral yang tahu segalanya. Tidak berarti bahwa tugas dosen menjadi lebih ringan atau tidak lagi penting. Dosen tetap memainkan peran utama dalam proses belajar, tetapi bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Melalui pelbagai metode, seperti diskusi, pembahasan masalah-masalah nyata, proyek bersama, belajar secara kooperatif , serta tugas-tugas mandiri, dosen akan lebih dituntut sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator, yang membimbing, mendorong, serta mengarahkan peserta didik untuk menggali persoalan, mencari sumber jawaban, menyatakan pendapat serta membangun pengetahuan sendiri. Dalam perubahan peranan ini, dibutuhkan kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi serta keterbukaan dari pendidik untuk dapat menjalin hubungan secara individu, untuk dapat mengerti serta mengikuti perkembangan dari masing-masing peserta didik, disamping tentunya wawasan yang luas dalam mengarahkan peserta didik ke sumber-sumber belajar yang dapat digali. Hati dan ilmu menjadi tuntutan bagi pendidik dalam menerapkan konsep SCL.
Perubahan Metode Belajar
Jika seorang berpikir bahwa ia sedang bersenang-senang ketika ia sedang belajar, maka ia akan lupa bahwa ia sedang belajar dan dengan sendirinya akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat (Burns, 1997). Ungkapan ini merupakan ungkapan yang sering terlupakan oleh pendidik. Penerapan kedisiplinan dengan cara yang salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak tidak memiliki pilihan sendiri tentunya tidak akan membuat peserta didik merasa sedang bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya.
Beberapa metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada keunikan individu yang perlu dikembangkan adalah collaborative learning, problembased learning, portfolio, team project, resource-based learning. Metode-metode ini menekankan pada hal-hal seperti kerjasama tim, diskusi, jawaban-jawaban terbuka, interaktivitas, mengerjakan proyek nyata bukan hanya menghafal, serta belajar cara untuk belajar, bukan hanya memperoleh ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Akses ke Pelbagai Sumber Belajar
Untuk menunjang metode belajar yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali permasalahan, serta menggali informasi sebanyak mungkin secara mandiri, akses informasi tidak boleh lagi dibatasi hanya pada guru, buku wajib serta perpustakaan lokal saja. Peserta didik perlu ditunjang dengan akses tanpa batas ke pelbagai sumber informasi, antara lain industri, organisasi sosial maupun profesi, media massa, para ahli dalam bidang masing-masing, bahkan dari masyarakat, keluarga maupun sesama peserta didik. Perkembangan teknologi informasi bahkan memungkinkan tersedianya akses ke pelbagai informasi global ke seluruh dunia, melalui akses ke perpustakaan maya , museum maya, pangkalan-pangkalan data di web, atau bahkan kemungkinan untuk dapat berhubungan langsung dengan para ahli internasional.
Penyediaan Infrastruktur Yang Menunjang
Untuk mendukung perubahan serta kebutuhan yang diperlukan dalam menerapkan konsep SCL secara maksimal, perlu adanya infrastruktur yang menunjang. Jaringan kerjasama antar institusi baik pendidikan maupun non pendidikan secara nasional, regional maupun internasional akan sangat mendukung terbukanya kesempatan untuk belajar diluar batasan dinding sekolah atau budaya sehingga lebih memperkaya pengertian akan perbedaan sekaligus menambah wawasan ilmu pengetahuan menjadi lebih tak terbatas. Fasilitas pendamping pendidikan seperti perpustakaan, museum sekolah, laboratorium, pusat komputer maupun layanan administrasi yang memudahkan, responsif, simpatik, serta mengacu pada kepuasan dan kebutuhan peserta didik, akan sangat
mendukung terciptanya budaya SCL.
SCL - Student Centered Learning
Pemanfaatan teknologi informasi, seperti komputer, telekomunikasi dan jaringan baik dalam kampus maupun luar kampus seperti Internet, merupakan pendukung yang sangat penting dalam menunjang terciptanya fleksibilitas dalam memilih tempat dan waktu belajar, menghubungkan peserta didik dengan akses ke sumber belajar yang luas, kolaborasi serta komunikasi antar dosen dan mahasiswa, orang tua, sesama mahasiswa maupun para ahli. Teknologi informasi yang memiliki keunggulan dalam hal komunikasi dan interaktivitas tanpa batasan waktu dan tempat, serta kemampuan multimedia yang sekaligus menampilkan teks, gambar, suara dan gerak, merupakan media yang menarik baik bagi seorang anak maupun dewasa.

Prinsip-Prinsip Psikologi SCL

Bekal bagi para dosen untuk dapat menjalankan perannya sebagai fasititator salah satunya adalah memahami prinsip pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Ada limafaktor yang penting dipematikan dalam prinsip psikologis pembelajaran berpusat pada mahasiswa, yaitu: (a) Faktor Metakognitif dan kognitif yang menggambarkan bagaimana mahasiswa berpikir dan mengingat, serta penggambaran faktor-faktor yang terlibat dalam proses pembentukan makna informasi dan pengalaman; (b) Faktor Afektif yang men ggambar akan bagaimana keyakinan, emosi, dan motivasi mempengaruhi cara seseorang menerima situasi pembelajaran, seberapa banyak orang belajar, dan usaha yang mereka lakukan untuk mengikuti pembelajaran. Kondisi emosi seseorang, keyakinnannya tentang kompetensi pribadinya, harapannyaterhadap kesuksesan, minat pribadi, dan tujuan belajar, semua itu mempengaruhi bagaimana motivasi mahasiswa untuk belajar; (c) Faktor Perkembangan yang menggam-barkan bahwa kcndisi fisik, intelektual, emosional, dan sosial dipengaruhi deh faktor genetik yang unik dai faktor lingkungan; (d) Faktor Pribadi dan sosial yang menggambarkan bagaimana orang lain berperan dalam proses pembelajaran dan cara-cara orang belajar dalam kelompok. Prinsip ini mencerminkan bahwa dalam interaksi sosial, orang akan saling belajar dan dapat saling menolong melalui saling berbagi perspektif individual; (e). Faktor Perbedaan Individual yang menggambarkan bagaimana latar belakang individu yang unik dan kapasitas masing-masing berpengaruh dalam pembelajaran. Prinsip ini membantu menjelaskan mengapa individu mempelajari sesuatu yang berbeda, waktu yang berbeda, dan dengan cara-carayang berbeda pula Berikut akan diuraikan penjabaran masing-masing faktor.

Faktor Metakognitif dan Kognitif

Prinsip 1: Dasar proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses alamiah untuk mencapai tujuan yang bermakna secara pribadi, bersifat aktif, dan melalui mediasi secara internal, merupakan proses pencarian dan pembentukan makna terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi unik, pemikiran, dan perasaan siava (siava).
Prinsip 2: Tujuan proses pembelajaran. mahasiswa mencari untuk menciptakan makna, representasi pengetahuan melalui kuantitas dan kualitas data yang tersedia.
Prinsip 3: Pembentukan pengetahuan. mahasiswa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki melalui cara-cara yang unik dan penuh makna.
Prinsip 4: Pemikiran tingkat tinggi. Startegi tingkat tinggi untuk “Berikir tentang berpikir”- untuk memantau dan memonitor proses mental, memfasilitasi kreativitas dan berpikir kritis.
Faktor Afektif
Prinsip 5: Pengaruh motivasi dalam pembdajaran. Kedalaman dai keluasan informasi diproses, serta apa dan seberapa banyak hal itu dipelajari dan diingat dipengaruhi oleh: (a).kesadaran diri dan keyakinan kontrol diri, kompetensi, dan kemampuan, (b). kejelasan nilai-nilai personal, minat, dan tujuan, (c). harapan pribadi terhadap kesuksesan dan kegagalan, (d). afeksi, emosi, dan kondisi pikran secara umum, dan (e) tingkat motivasi untuk belajar.
Prinsip 6: Motivasi intrinsik untuk belajar. Individu pada dasarnya memiliki rasa ingtn tahudan menikmati pembelajaran, tetapi pemikirai dan emosi negatif (misalnya perasaan tidak aman, takut gagal, malu, ketakutan mendapat hukuman, atau pelabelan/stigmatisasi) dapat mengancam antusiasme mereka.
Prinsip 7: Karakteristik tugas-tugas pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi. Rasa ingn tahu, kreativitas, dan berpikir tingkat tinggi dapat distimulasi melalui tugas-tugas yang relevan, otentik yang memiliki tingkat kesulitan dan kebaruan bagi masing-masing siswa
Faktor Perkembangan
Prinsip 8: Kendala dan peluang perkembangan. Kemajuan individual dipengaruhi perkembangan fase-fase fisik, intelektual, emosional, dan sosial yang merupakan fungsi genetis yang unik serta pengaruh faktor lingkungai.
Faktor Personal Dan Sosial
Prinsip 9: Keberagaman sosial dan budaya. Pembelajaran difasilitasi oleh interaksi sosial dan komunikasi dengan orang lain melalui seting yang fleksibel, keberagaman (usia, budaya, latar belakang keluarga, dsb) dan instruksional yang adaptif.
Prinsip 10: Penerimaan sosial, harga diri, dan pembelajaran. Pembelajaran dan harga diri sangat terkait ketika individu dihargai dan dalam hubungan yang saling peduli satu dengan yang lain sehingga mereka dapat saling mengetahui potensi, menghargai bakat-bakat unik dengan tulus, dan menerima mereka saling dapat menerima sebagai individu.
Faktor Perbedaan Individu
Prinsip 11: Perbedaan individual dalam pembelajaran. Meskipun prinsisp-prinsip dasar pembelajaran, motivasi, dan instruksi afeksi berpengaruh terhadap semua mahasiswa (termasuk suku, ras, jender, kemampuan fisik, agama, dan status sosial), siava memiliki perbedaan kemampuan dan preferensi dalam model dan strategi pembelajaran. Perbedaan-perbedaan ini merupakan pengaruh dari lingkungan (apa yang dipelajari dan dikomunikasikan dalam budaya dan kelompok sosial yang berbeda) dan keturunan (apa yang muncul sebagai fungsi genetis).
Prinsip 12: Filter kognitif. Keyakinan personal, pemikiran, dan pemahaman berasal dari pembelajaran dan interpretasi sebelumnya, hal ini dapat menjadi dasar individual dalam pembentukan realitas dan interpretasi pengalaman hidup.

Karakteristik dosen dalam SCL

Dosen yang menerapkan SCL harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • SCL - MentorkuMengakui dan menghargai keunikan masing-masing mahasiswa dengan cara mengako modasi pemikiran mahasiswa, gaya belajarnya, tingkat perkembangannya, kemampuan, bakat, persepsi diri, serta kebutuhan akademis dan non akademis mahasiswa.
  • Memahami bahwa pembelajaran adalah suatu proses konstruktivis, oleh karena itu harus diyaMnkan bahwa mahasiswa diminta untuk mempelajari sesuatu yang relevan dan bermaknabagi diri mereka. Selain itu juga mencoba mengembangkan pengalaman belajar dimana mahasiswa dapat secara aktif menciptakan dan membangun pengetahuannya sendiri serta mengkaitkan apa yang sudah diketahuinya dengan  pengalaman yang diperoleh.
  • Menciptakan iklim pembelajaran yang positif dengan cara memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk berbicara dengannya secara personal, memahami siswa dengan sebaik-baiknya, menciptakan lingkungan yang nyaman dan menstimulasi bagi siswa, memberikan dukungan pada siswa, mengakui dan menghargai siswa
  • Memulai pembelajaran dengan asumsi dasar bahwa semua mahasiswa dengan kondisinya masing-masing bersedia untuk belajar dan ingin melakukan dengan sebaik-baiknya, serta memiliki minat intrinsik untuk memperkaya kehidu-pannya.
Dosen-dosen   yang   menggunakan   SCL cenderung menciptakan lingkungan pembelajaran dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  • Suasana kelas yang hangat, mendukung. Dalam susana ini, dosen mengijinkan mahasiswa untuk mengenalnya dan selanjutnya akan menyukainya. Kalau dosen disukai oleh mahasiswa maka mahasiswa akan bersedia bekerja keras untuk orang yang disukainya.
  • Para mahasiswa diminta untuk hanya mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat. Dosen  harus menjelaskan manfaat apa yang akan diperoleh mahasiswa jika mereka mengerjakan apa yang diminta oleh dosen. Informasi ini akan menjadi berguna jika secara langsung dikaitkan dengan ketrampilan hidup yang diperlukan mahasiswa, sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukannya dan dosen meyakini bahwa hal itu sungguh bermanfaat atau diperlukan oleh mahasiswa ketika mereka nanti bekerja.
  • Mahasiswa selalu diminta untuk mengerjakan yang terbaik yang mereka dapat lakukan. Kondisi kualitas pekerjaan termasuk didalamnya adalah pengetahuan mahasiswa tentang dosennya dan apa yang diharapkannya serta keyakinannya bahwa dosen memberikan kepedulian untuk membantunya, keyakinan bahwa tugas yang diberikan dosen itu selalu bermanfaat, keinginan yang kuat untuk berusaha dengan
    sekuatnya untuk mengerjakan tugasnya sebaik-baiknya, dan mengetahui bagaimana pekerjaannya itu akan dievaluasi dan ditingkatkan kualitasnya.
  • Para mahasiswa diminta untuk mengevaluasi pekerjaannya. Evaluasi diri diperlukan untuk menilai kualitas pekerjaan yang tdah dilakukan oleh para aswa, semua siswa harus mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan dievaluasi, berdasarkan hasil eveluasi itulah mahasiswa tahu bagaimana kualitas pekerjaannya dapat
    ditingkatkan serta dapat mengulangi prosesnya sampai kualitas terbaik dapat dicapai.
  • Kualitas pekerjaan yang baik selalu menimbulkan perasaan senang Para siswa merasa senang ketika mereka menghasilkan pekerjaan yang berkualitas baik, dan demikian pula dengan orangtuanya serta dosennya. Perasaan senang ini juga merupakan insentif untuk meningkatkan kualitas
  • Pekerjaan yang berkualitas tidak pernah destruktif. Pekerjaan yang berkualitas tidak pemah dicapai melalui pekerjaan yang merusak seperti misalnya menggunakan Narkoba (meskipun kadang dirasa menimbulkan rasa senang) atau menyakiti oranglain, merusak lingkingan, dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar